2.1 AUDIT PROGRAM
Audit acara adalah daftar mekanisme investigasi yang mau dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk mengembangkan kerjasama dan integrasi semua bagian-bab pemeriksaan dalam perusahaan.
Setelah audit plan disusun, namun sebelum investigasi lapangan dimulai, auditor mesti menyusun audit program yang ialah kumpulan dari mekanisme audit yang mau dilakukan dan dibuat secara terulis.
Audit acara membantu auditor dalam menunjukkan perintah terhadap asisten mengenai pekerjaan yang harus dikerjakan. Audit program mesti mengariskan dengan rinci, prosedur audit yang berdasarkan keyakinaan auditor diperluhkan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang bagus mesti mencantumkan:
•Tujuan pemeriksaan
•Prosedur audit yang mau dilakukan
•Kesimpulan investigasi
Sebagian KAP mnggunakan audit program yang suda distandarisasi dan digunkan disetiap kliennya, sebagianya lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi dan suasana diperusahaan. Akan lebih baik juka audit program dibentuk terpisah untuk compliance test dan substantive test.
2.2 AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK
Audit procedures yaitu langka-langka yang mesti dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh tangan kanan biar tidak melakukan penyimpangan dan mampu melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
Audit procedures dijalankan dalam rangka mendapatkan materi-bahan bukti yang cukup untuk mendukung pertimbangan audior atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperluhkan audit teknik, yaitu cara-cara untuk mendapatkan audit evidence seperti: konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya jawab dan lain-lain.
2.3 RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS
Dalam PSA No. 25 , diberikan pemikiran bagi auditor dalam menimbang-nimbang resiko Dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan Audit atas laporan keuangan menurut persyaratan auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
1.Resiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan tolok ukur auditing khususnya kriteria pekerjaan lapangan dan kriteria pelaporan serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal hal lain, perlu diperhitungkan dalam memilih sifat, ketika, dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil mekanisme tersebut.
2.Adanya resiko auditdi akui dengan pernyataan dalam klarifikasi perihal tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat menemukan doktrin memadai, bukan mutlak bahwa saji material terdekteksi.Resiko audit yakni resiko yang muncul alasannya auditor tanpa disadari tidak memodifikasi kan usulan nya sebagaimana mestinya atas sebuah pembukuan keuangan yang mengandung salah saji material.
3.Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan ialah penting bagi kewajaran penyuguhan laporan keuangan sesuai dengan persyaratan akuntansi yang berlaku lazim di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.
4.Laporan keuangan mengandung salah saji material bila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individu wall atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat menyebabkan pembukuan keuangan tidak dihidangkan secara masuk akal, dalam semua hal yang material sesuai dengan tolok ukur akuntansi yang berlaku lazim di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan.
5.Dalam penyusunan rencana audit, auditor berkepentingan dengan problem problem yang mungkin material terhadap pembukuan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk menyiapkan dan melakukan audit untuk menemukan dogma memadai bahwa salah saji, yang disebabkan sebab kekeliruan atau kecurangan, tidak material kepada laporan keuangan.
6.Istilah kekeliruan bermakna salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan meliputi:
a)Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan pembukuan keuangan
b)Estimasi akuntansi yang tidak masuk nalar yang timbul dari kecerobohan atau kesalan tafsir fakta
c)Kekeliruan dalam penerapan kriteria akuntansi yang berhubungan dengan jumlah penjabaran, cara penyajian, atau pengungkapan.
7.Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi aturan, kepentingan Audit auditor secara khusus berhubungan dengan langkah-langkah curang yang menimbulkan salah saji material dalam pembukuan keuangan. Dua tipe salah saji yang berkaitan dengan usulanauditor dalam audit laporan keuangan-salah Salah saji yang muncul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 ( PSA No. 32 dan PSA No. 70) Pertimbangan atas kecurangan dalam auditlaporan keuangan.
8.Pada waktu memikirkan tanggung jawab audito rmemperoleh doktrin mencukupi bahwa pembukuan keuangan Bima salah saji material, tidak ada perbedaan penting antara kekeliruan dan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal balasan auditor kepada salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang terisolasi, tidak material dalam pembuatan data akuntansi atau penerapan kriteria akuntansi tidak signifikan kepada Audit Sebaliknya bila kecurangan di deteksi auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas administrasi atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
9.Pada waktu itu menyimpulkan apakah pengaruh salah saji, secara individu wall atau secara gabungan, material, auditor biasanya memper timbangkan sifat dan jumlah dalam kaitan dengan sifat dan jumlah pos dalam pembukuan keuangan yang diaudit. selaku contoh, suatu jumlah yang material bagai laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi pembukuan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi pembukuan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu kala ke era lain.
10.Pertimbangan auditor mengenai materialitas ialah usulanprofesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang mempunyai pengetahuan mencukupi dan yang mau menyatakan iman kepada laporan keuangan. Pertimbangan tentang materialitas yang dipakai oleh auditordihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup usulankuantitatif maupun kualitatif. Materialitas yakni besarnya gosip akuntansi yang bila terjadi penghilangan atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengganti atau menghipnotis pendapatorang yang menaruh dogma atas info tersebut. Definisi tersebut mengakui pendapatmaterialitas dilaksanakan dengan memperhitungkan kondisi yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
11.Auditor mesti menimbang-nimbang risiko audit dan materialitas baik dalam:
a.Merencanakan audit dan mendesain prosedur audit,dan
b.Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan dihidangkan secara wajar , dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
12.Auditor mesti menyiapkan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pendapatprofesionalnya, memadai untuk menyatakan pertimbangan atas pembukuan keuangan.
13.Dalam merencanakan audit, auditor mesti menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pendapatawal perihal tingkat materialitas dengan sebuah cara yng diharapkan, dalam kekurangan bawaan dalam proses audit, mampu memberikan bukti audit yang cukup untuk meraih keyakinan mencukupi bahwa pembukuan keuangan bebas dari salah saji material.
14.Auditor merencanakan audit untuk mencapai doktrin memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara perorangan atau keseluruhan , yang secara kuantitatif mempunyai efek material terhadap pembukuan keuangan.
15.Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor memikirkan materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya tamat disusun. Dalam suasana lain, perencanaannya baru dilakukan setelah pembukuan keuangan yang diaudit akhir disusun, tetapi beliau mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan modifikasi yang signifikan.
16.Pada tingkat saldo akun atau kelompok transaksi, risiko audit terdiri atas
Risiko yang meliputi risiko bawaan(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang mampu menjadi material terhadap pembukuan keuangan jika digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya.
Risiko deteksi(detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Cara yang dipakai oleh auditor untuk menimbang-nimbang unsur tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan unsur tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor dan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya.
•Risiko bawaan
Risiko bawaan ialah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi kepada suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian yaitu lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.sebagai acuan, perhitungan yang rumit lebih mungkin dihidangkan salah kalau ketimbang perhitungan yang sederhana.uang tunai lebih mudah dicuri ketimbang sediaan kerikil bara. Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi condong mengandung risiko besar daripada akun yang sifatnya relative rutin dan berisi data berbentukfakta.
•Risiko pengendaliaan
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam sebuah asersi tidak mampu dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
•Risiko deteksi
Risiko deteksi ialah risiko bahwa auditor tidak mampu mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko deteksi merupakan fungsi efektifitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
17.Risiko bawaan dan risiko pengendalian berlawanan dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas pembukuan keuangan , sedangkan risiko deteksi berafiliasi dengan mekanisme audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.risiko deteksi memiliki korelasi yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang mampu diterima. Sebaliknya, kian besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, kian kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
18.resiko deteksi yang dapat diterima auditor dalam merancang mekanisme audit tergantung pada tingkat yang dikehendaki untuk menghalangi resiko audit suatu saldo akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penentuan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian menurun, resiko deteksi yang diterimanya akan meningkat. Namun auditor dilarang sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian, dengan tidak melaksanakan pengujian substantif kepada saldo akun atau kelompok transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material kalau digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.
2.4 PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN
Sebelumnya istilah yang digunakan untuk pengendalian intern ialah metode pengendalian intern, system pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 ungkapan resmi yang dipakai IAI ialah pengendalian intern.
Standar Pekerjaan Lapangan yang Kedua menyebutkan (IAPI, 2011: 150.1):
”Pemahaman memadai atas pengendalian harus diperoleh untuk mempersiapkan audit dan menentukan sifat,ketika, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.
IAPI (2011: 319.2) mendefenisikan pengendalian intern selaku suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, administrasi, dan personel lain entitas yang didesain untuk memperlihatkan dogma memadai tentang pencapaian tiga golongan tujian berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern tediri atas lima unsur yang saling terkait berikut ini :
a.Lingkungan Pengendalian memutuskan corak suatu organisai, menghipnotis kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian ialah dasar untuk semua bagian pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b.Penaksiran Risiko yaitu identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan meraih maksudnya, membentuk sebuah dasar untuk menentukan bagaimana resiko mesti dikelola.
c.Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manaemen dilakukan.
d.Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran gosip dalam sebuah bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e.Pemantauan yaitu proses yang memilih kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
Unsur-bagian pengendalian intern mampu dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1)Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian memutuskan corak suatu organisai dan mensugesti kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian ialah dasar untuk semua bagian pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian meliputi hal-hal berikut ini :
a.Integritas dan nilai budbahasa
b.Komitmen kepada kompetensi
c.Partisipasi dewan komisaris atau dewan komite audit
d.Struktur organisasi
e.Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f.Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2)Penaksiran Risiko
Risiko yang berkaitan dengan pelaporan keuangan mencakup kejadian dan keadaan intern maupun ekstern yang mampu terjadi dan secara negative menghipnotis kesanggupan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajeman dalam pembukuan keuangan. Risiko mampu timbul atau berubah alasannya kondisi berikut ini:
a.Perubahan dalam lingkungan operasi
b.Personel gres
c.Sistem isu yang baru atau yang diperbaiki
d.Teknologi baru
e.Lini produk, produl, atau aktivitas gres
f.Restrukturisasi korporasi
g.Operasi mancanegara
h.Standar akuntansi baru
3)Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian ialah kebijakan dan prosedur yang menolong memutuskan bahwa isyarat administrasi dikerjakan. Aktivitas tersebut menolong menentukan bahwa langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, telah dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian mempunyai aneka macam tujuan dan diterapkan di aneka macam tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya kegiatan pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan selaku kebjiakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
a.Review terhadap kinerja
b.Pengolahan isu
c.Pengendalian phisik
d.Pemisahan peran
4)Informasi dan Komunikasi
Sistem info yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup system akuntansi, terdiri atas tata cara dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik kejadian maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas isu yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan administrasi untuk menciptakan keputusan sebaiknya dalam menertibkan aktivitas entitas dan mempersiapkan laporan keuangan yang andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pengertian perihal peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Auditor mesti menemukan pengetahuan memadai tentang system gosip yang berkaitan dengan pelaporan keuangan untuk mengetahui:
a.Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b.Bagaimana transkasi tersebut dimulai.
c.Catatan akuntansi, gosip penunjang, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d.Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak dikala transaksi dimulai hingga dengan dimasukkan ke dalam pembukuan keuangan, tergolong alat elektro (mirip komputer dan electronic data interchange) yang dapat dipakai untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses info.
5)Pemantauan
Pemantauan yakni proses penentuan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan rancangan dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilakukan lewat kegiatan yang berjalan secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan aneka macam variasi dari keduanya. Di banyak sekali entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan pekerjaan serupa menawarkan kontribusi memantau kegiatan entitas. Aktivitas pemantauan dapat meliputi penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar mirip unek-unek Customers dan komentar dari badan pengatur yang mampu menawarkan isyarat ihwal persoalan atau bidang yang memerlukan perbaikan.
Konrath (2002: 205), mengutip AICPA Profesional Standards, mendefenisikan internal control selaku berikut:
“The process effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel designed to provide reasonable assurance the achievement of objectives in the following categories :
•Operations Controls-relating to the effective and efficient use of the entity’s resources;
•Financial reporting controls-relating to the preparation of reliable published financial statements; and
•Compliance Controls-relating to the entity’s compliance with applicable laws and regulations.
AICPA Profesional Standards, seperti yang dikutip Konrath (2001; 2015, 206) mengidentifikasikan lima bagian internal controlyaitu :control environtment, risk assessment, information and communication, control activities and montoring.
Komponen pertama, control environment, merupakan pondasi dari keempat komponen yang lain mirip yang digambarkan berikut ini:
2.5HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (Scope) PEMERIKSAAN
Jika pengendalian intern suatu satuan perjuangan lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sungguh besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menyebabkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan realita, jika auditor kurang hati-hati dalam melaksanakan investigasi dan tidak lumayan banyak menghimpun bukti-bukti yang mendukung usulan yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berlangsung efektif, maka auditor mesti memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melaksanakan substantive test.
Misalnya:
•Pada waktu mengantarkonfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang diantarkan mesti lebih banyak.
•Pada waktu melaksanakan pengamatan dan stock opname, tes atas perkiraan fisik persediaan mesti lebih banyak
Sebaiknya kalau auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif maka, scope pemeriksaan pada waktu melaksanakan substantive test bias dipersempit.
2.6BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI ATAS PENGENDALIAN INTERN
Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang unsur pengendalian entitas yang diperoleh untuk merencankan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Contohnya, dokumentasi pengertian ihwal pengendalian intern entitas yang besar dan kompleks dapat meliputi bab alir (flowcart), kuesioner, atau tabel keputusan.
Pemahaman dan penilaian atas pengendalian intern akan memberikan bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publik. Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadpa :
oKeamanan harta perusahaan
oDapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
oLama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
oJenis opini yang akan diberikan akuntan publik
Ada tiga cara yang mampu dipakai akuntan publik, yakni :
1.Internal Control Questionnaires
2.Flow Chart
3.Narrative
a)Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), sebab lebih sederhana dan mudah. Biasanya KAP telah mempunyai satu set ICQ yang kriteria, yang mampu digunakan untuk memahami dan mengecek pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan.
ICQ biasanya dikelompokkan selaku berikut:
•Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian peran dan tanggung jawab, akta pendirian dan pertanyaan lazim yang lain perihal keadaan perusahaan.
•Akuntansi
Yaitu pertanyaan-pertanyaan perihal keadaan pembukuan perusahaan, contohnya apakah proses pembukuan dilaksanakan secara manual atau komputer.
•Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut metode dan prosedur yang terdapat di perusahaan dalam siklus pemasaran (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
•Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut metode dan mekanisme yang terdapat di perusahaan dalam siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
•Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut tata cara dan prosedur penyimpanan dan pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan dan metode evaluasi persediaan dan stock opname.
•Surat Berharga (Securities)
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berguna, otorisasi untuk pembelian dan penjualan surat berharga dan penilaiannya.
•Aset Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut tata cara dan prosedur penambahan dan penghematan aset tetap, pencatatan dan evaluasi aset tetap.
•Gaji dan Upah
Pertanyan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia serta metode dan mekanisme pembayaran honor dan upah.
Contoh ICQ mengenai kondisi lazim perusahaan dan akuntansi mampu dilihat di buku halaman 108 dan 110. Yang perlu diperhatikan seorang auditor dalam memakai ICQ ialah :
a.Auditor mesti menanyakan eksklusif pertanyaan-pertanyaan kepada staf klien dan tidak menyerahkan ICQ terhadap klien untuk diisi sendiri.
b.Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut mesti di mutakhirkan (mengupdate) berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c.Ada kecendrungan bahwa klien akan menawarkan tanggapan seperti pengendalian intern cukup baik.
Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk pertanda efektifitas dari pengendalian intern klien.
b)Bagan Arus (Flow Chart)
Flow Chart menggambarkan arus dokumen dalam tata cara dan mekanisme di sebuah unit perjuangan, misalnya dalam flow chart untuk sitem dan mekanisme pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari undangan pembelia, order pembelian sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut.
Untuk auditor yang terlatih, penggunaan flow chart lebih diminati, sebab auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kekurangan-kelemahan apakah terdapat perubahan-pergantian metode dan prosedur.
Untuk penugasan tahun-tahun selanjutnya, auditor harus senantiasa mengupdate flow chart tersebut untuk mengetahui apakah terdapat pergantian-perubahan dalam sistem dan prosedur perusahaan.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melaksanakan walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah mekanisme yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. Misalnya auditor mengambil satu set dokumen untuk pelunasan utang yang berasal dari pembelian persediaan secara kredit atau tunai. Periksa apakah semua dokumen sudah di proses sesuai dengan prosedur yang digambarkan dalam flow chart pembelian, utang dan pengeluaran kas.
c)Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, metode dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, contohnya mekanisme pengeluaran kas. Cara ini mampu dipakai untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. Contoh bentuk narrative untuk prosedur pengeluaran kas dan bank mampu dilihat di buku halaman 113.
2.7KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya mampu menawarkan akidah menandai bagi administrasi dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalianintern entitas.kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang menempel dalam pengendalian intern. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif sebab adanya kongkalikong di antara dua orang atau lebih atau administrasi mengsampingkan pengendalian intern.
Faktor yang membatasi pengendalian intern yaitu ongkos pengendalian intern entitas dihentikan melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Oleh sebab itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta usulandalam menilai hubungan biaya-faedah terssbut.
Tabel 5-1 Cara Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengedalian Intern
DAPATKAN GAMBARAN MENGENAI ICQ YANG ADA DI PERUSAHAAN (SECARA TEORITIS) | MELAKUKAN COMPLIANCE TEST (TEST OF RECORDER TRANSACTIONS) | BUAT KESIMPULAN AKHIR (FINAL EVALUATION TERHADAP INTERNAL CONTROL KLIEN) | LAKUKAN SUBSTANTIVE TEST (PEMERIKSAAAN ATAS KEWAJARAN SALDO) POS-POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LABA RUGI KOMPREHENSIF) |
1. Pelajari accouting & Operation Manual 2. Pelajari Bagan Organisasi& Job Describtion 3. Lakukan Tanya Jawab dengan petugas klien DOKUMENTASIKAN DALAM BENTUK : A. INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES B. FLOW CHART C. NARRATIVE (MEMO) LAKUKAN WALK THROUGH : Ambil 2 atau 3 dokumen, periksa apakah pemrosesannya sesuai dengan yang diterangkan dalam A, B dan C. Jika diharapkan sesuaikan A, B dan C Buat Kesimpulan Sementara (Preliminary Evaluation) terhadap Internal Control klien : · Baik · Sedang · Lemah Jika Kesimpulan Sementara menyatakan Internal Control lemah, pribadi lakukan Substantive Test yang diperluas. Jika I/C baik atau sedang, buktikan dengan melakukan Compliance Test. | Untuk menerangkan : 1. Apakah Internal Control yang ada betul seperti yang digambarkan dalam A, B dan C 2. Sistem & Prosedur yang digambarkan dalam A, B dan C betul-betul diterapkan
perusahaan. TES DILAKUKAN TERHADAP : 1. Transaksi Penjualan, Piutang dan Penerimaan Kas 2. Transaksi Pembelian, Utang dan Pengeluaran Kas 3. Pembayaran Gaji 4. Journal Voucher Sebelumnya perlu ditentukan Cara Pemilihan Sampel : a. Judgement/Random Sampling b. Block Sampling c. Statical Sampling | Jika Internal Control Baik, Scope investigasi (Substantive Test) mampu dioersempit Jika Internal Control Lemah, Scope Pemeriksaan (Substantive Test) mesti diperluas. | Tarik kesimpulan mengenai Kewajran Pos-Pos Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan Laba Rugi Komprehensif Buat : 1. Daftar Audit Adjusment 2. (Draft) Audit Report 3. Management Letter Minta : Client Representation Letter |
CONTOH KASUS
Profil Perusahaan Phar Mor Inc
Phar Mor Inc ialah perusahan paling besar di Amerika Serikat. Perusahaan inimerupakan perusahaan retail yang memasarkan produk yang cukup bermacam-macam, mirip furniture, obat-obatan,elektronika, busana olahraga, sampai vidiotape.Phar Mor Inc didirikan oleh Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus danDavid S. Shapira di tahun 1982. Beberapa toko menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place.Slogan Phar-Mor ialah ”Phar -Mor power buying gives you Phar-Mor buying power”.Padamasa puncaknya, Phar Mor Inc mempunyai 300 outlet besar hampir di seluruh negara bagiandan memiliki 23.000 orang karyawan yang berpusat di Youngstown, Ohio, United States.
Kasus Phar Mor Inc.
Eksekutif Phar Mor sengaja melaksanakan fraud untuk menerima keuntungan financialyang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top administrasi perusahaan. Saatmelakukan fraud, top administrasi Phar Mor membuat dua laporan keuangan yakni laporaninventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Kedua laporan tersebutkemudian dibentuk ganda oleh pihak administrasi. Satu set laporan inventory berisi laporaninventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan yang lain berisi info tentanginventory yang di adjusment dan ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga denganlaporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi ihwal kerugian yang dideritaoleh perusahaan yang ditujukan hanya untuk jajaran direktur.
Laporan lainnya adalah laporanyang sudah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan menerima laba yang berlimpah.Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, pembukuan keuangan yang benar berisitentang kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran administrator.Laporan lainnya ialah laporan yang sudah dimanipulasi sehingga seperti perusahaanmendapat keuntungan yang berlimpah.Saat menyiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrutstaf dari akuntan publik (KAP) Cooper &Lybrand. Staf -staf tersebut kemudian turut dimainkandalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikankedudukan jabatan penting.
Penyebab Terjadinya Kasus Fraud pada Phar Mor Inc
Dari klarifikasi masalah diatas, penyebab terjadinya fraud pada Phar Mor Inc ini berasaldari top manajemen perusahaan yang menyalahgunakan posisi atau jabatannya tersebut.Manajemenmembuat dua laporan keuangan yang berbentuklaporan inventory danlaporan bulanan keuangan. Pada kedua laporan tersebut, pihak administrasi menggandakan laporantersebut.Pada laporan inventory berisi laporan inventory yang benar dan set laporan yanglainnya berisi wacana gosip ditujukan untuk auditor eksternal. Sedangkan pada laporankeuangan bulanan berisi wacana kerugian pada perusahaan tersebut yang ditujukan cuma untuk jajaran direktur.Inti dari terjadinya fraud pada Phar Mor Inc ini yakni laporan keuangan perusahaanini sengaja dimanipulasi oleh pihak manajemen. Para pihak menajemen melakukan pemalsuanlaporan keuangan ini semoga seperti perusahaan ini menerima laba yang berlimpah. Karena dengan laporan yang sudah di manipulasi tersebut dengan keuntunganyang berlimpah bermaksud untuk menarik dan menjaga penanam modal yang berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga pihak-pihak penanam modal ingin menanamkan modalnya pada perusahaan ini.
Penyebab terjadinya fraud pada perusahaan ini berhubungan dengan farud triangle, ialah:
1. TekananKetika manajemen atau karyawan menerima tekanan, sehingga bermaksud untukmelakukanfraud
2.PeluangLemah ataupun tidak efektifnya internal control, kesempatan terjadinyafraud sangatlah besar.
3.Attitude Fraud terjadi balasan keadaan nilai-nilai adat lokal. Jika seseorang menjunjungtingginilai-nilai budbahasa, niscaya fraud tidak akan terjadi.
Dampak dari Kasus Phar Mor Inc
Pihak Top Management dan Auditor Internal telah melaksanakan fraud demi kepentingan langsung mereka. Phar Mor terbukti telah melaksanakan fraud dengan menunjukkan insentive berupaimbalan terhadap auditor internal (insentive). Auditor Internal dari suatu organisasi berfungsisesuai dengan kecerdikan yang sudah ditetapkan oleh administrasi senior atau dewan.Tindakan seperti itu akan menghasilkan resiko yang sungguh besar ialah kebangkrutan perusahaan itu sendiri. eksekutif di perusahaanPhar Mor secara sengaja melaksanakan fraud untuk mendapatkan laba financial yangmasuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan, sungguh disayangkankarena perusahaan Phar Mor ini tergolong dalam perusahaan retail terbesar di Amerika Serikatnamun pada bulan Agustus 1992 dinyatakan melarat.
Pelanggaran Etika Profesi yang dilakukan oleh Prusahaan Phar Mor Inc
1.Prinsip Tanggung Jawab
Pihak administrator manajemen Phar Mor Inc melanggara prinsip tanggung jawab dalam mengolah perusahaan secara baik dan benar. Sebaiknya selaku seorang pemimpin dia harus lebih independen dalam menjalankan tugasnya selaku Top manjemen dalam perusahaan. Namun dia tidak menjalankan tuganya dengan baik dan mencoba mencari cara untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
2.Prinsip integritas etika
Dimana pihak auditor internal sendiri ia tidak tegas dan jujur dalam melaksanakan tugasnya selaku auditor. Tugas auditor sendiri menggungkapkan ketidak wajaran atau kecurangan dalam pengerjaan Lapotan Keuangan perushaan tetapi sebaliknya ia berafiliasi dengan administrasi perusahan untuk memanipulasi Laporan Keuangan perusahaan sehingga merugikan banyak pihak.
3.Prinsip kompetensi serta perilaku kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Dimana auditor dan pihak direktur manajemen menyalagunakan kedudukan dan profesinya serta kompetensinya dibidang tersebut dan dengan sengaja memanipulasi pembukuan keuangan dengan tidak menurut Standar Akuntansi Keuangan.
4.Prinsip sikap profesional
Pihak auditor tidak melaksanakan profesinya sesuai dengan kode etik akuntan publik namun menyimpang dari instruksi etik dan mengakibatkan kerugian bagi pihak eksternal perusahan dalam hal ini penanam modal, kreditor, pemegang saham demi kepentingan eksklusif dan kelompok.
5.Prinsip kerahasiaan
Dimana auditor internal merahasiakan kecurangan yang dikerjakan oleh Prusahaan Phar Mor Inc dan melakukan pekerjaan sama untuk menutupi hal tersebut demi kepentingan eksklusif dan merugikan banyak pihak.
Post a Comment for "Pengendalian Dan Audit Internal(Audit Internal Control)"