Jurnal Korolari Dalam Penerapan Persyaratan Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005, menggunakan basis modifikasian kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan memakai basis kas. Aset, keharusan, dan ekuitas merupakan unsur neraca sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan bagian Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain, Neraca dihidangkan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran dihidangkan dengan basis kas.
Dalam suatu konferensi sebelum basis ini diseleksi, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, yang saat itu masih duduk selaku anggota Komite Pengarah dalam Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, mempertanyakan bagaimana teknis pencatatan basis ini dapat dilakukan. Komite menerangkan bahwa secara teknis basis ini dapat dilakukan dengan memakai jurnal korolari. Jadilah basis tadi diseleksi pastinya dengan teknis korolari-nya. Akan namun dalam SAP sendiri tidak ada uraian mengenai jurnal korolari ini. Alasannya, bahwa permasalahan jurnal menjurnal merupakan bab dari metode akuntansi bukan standar akuntansi. Lalu apa dan bagaimana bahu-membahu jurnal korolari itu? Apakah jurnal korolari wajib dipakai?
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran ialah laporan-laporan yang saling berafiliasi. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan selaku semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang memperbesar ekuitas dana tanpa gangguan dalam abad tahun budget yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam kala tahun budget bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Ekuitas dana lancar ialah komponen neraca sehingga pendapatan dan belanja semestinya langsung mensugesti ekuitas dana tanpa kendala dalam neraca. Akan namun penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas cuma menghipnotis jumlah kas tetapi tidak secara eksklusif mensugesti ekuitas dana tanpa gangguan. Oleh karena itu dapat dibilang bahwa akun-akun pendapatan dan belanja ialah akun pembantu ekuitas dana tanpa hambatan. Penerimaan pendapatan dicatat apalagi dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja lalu pada simpulan tahun ditutup ke akun ekuitas dana tanpa kendala. (Bandingkan dengan pengertian pemasukan dan biaya selaku akun pembantu modal dalam akuntansi komersial).
Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam budget artinya mesti lewat atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang merupakan komponen Laporan Realisasi Anggaran akan diakui atau dicatat pada ketika kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak menghipnotis komponen yang lain dalam pos neraca pada ketika penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat perlakuan seperti ini, neraca cuma berisikan sisi debet kas segi kredit ekuitas. Itupun ekuitas timbul pada akhir era pada dikala pendapatan dan ongkos ditutup ke ekuitas dana lancar.
Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas menuju akrual ini mampu diuraikan selaku berikut:
Pada saat penerimaan pemasukan dibuat jurnal,
Pada saat penerimaan pemasukan dibuat jurnal,
Tgl. Uraian D K
Kas xxx
Pendapatan xxx
Kas xxx
Pendapatan xxx
Kas ialah bagian atau akun neraca yang disebut juga dengan akun ril (real
account) sedangkan pendapatan ialah komponen Laporan Realisasi Anggaran akun
nominal (nominal account). Pada ketika pengeluaran kas untuk belanja dijurnal,
Tgl. Uraian D K
Belanja xxx
Kas xxx
account) sedangkan pendapatan ialah komponen Laporan Realisasi Anggaran akun
nominal (nominal account). Pada ketika pengeluaran kas untuk belanja dijurnal,
Tgl. Uraian D K
Belanja xxx
Kas xxx
Belanja merupakan nominal account. Pada dikala pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berbentukgedung contohnya akan dijurnal,
Tgl. Uraian D K
Belanja Modal xxx
Kas xxx
Tgl. Uraian D K
Belanja Modal xxx
Kas xxx
Pertanyaannya, mengapa tidak pribadi dijurnal ke aset tetap yang bersangkutan? Seharusnya, seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat dijurnal sebagai berikut:
Tgl. Uraian D K
Gedung dan Bangunan xxx
Kas xxx
Tgl. Uraian D K
Gedung dan Bangunan xxx
Kas xxx
Akun gedung dan bangunan dan akun kas ialah akun ril (real account). Jika dijalankan penjurnalan seperti ini maka pengeluaran tersebut tidak akan mensugesti belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan mirip ini hanya menghipnotis akun-akun neraca. Oleh alasannya adalah seluruh transaksi kas pemerintahan mesti melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi harus lewat Laporan Realisasi Anggaran apalagi dahulu.
Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok utang. Pembayaran pokok utang akan dijurnal selaku berikut,
Tgl. Uraian D K
Pengeluaran Pembiayaan-Pokok Hutang xxx
Kas xxx
Pengeluaran uang kas untuk pembayaran utang tidak dikredit secara eksklusif pada keharusan di Neraca, melainkan dijurnal ke bagian Laporan Realisasi Anggaran yakni Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Utang.
Dari uraian di atas tampakbahwa setiap pengeluaran pemerintah atau penerimaan pemerintah harus lewat Laporan Realisasi Anggaran. Oleh sebab itu, penerimaan dan pengeluaran mensugesti unsur-bagian dalam Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Makara yang terpengaruh di Neraca hanya akun kas.
Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak cuma mensugesti kas di Neraca. Pengeluaran uang untuk mengeluarkan uang pengadaan aset tetap yang merupakan belanja modal selain mensugesti kas juga menghipnotis aset tetap yang bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas.
Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak cuma mensugesti kas di Neraca. Pengeluaran uang untuk mengeluarkan uang pengadaan aset tetap yang merupakan belanja modal selain mensugesti kas juga menghipnotis aset tetap yang bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas.
Contohnya pengadaan aset tetap berupa bangunan tadi. Contoh lainnya, penerimaan duit dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah kewajiban yang harus muncul di Neraca.
Untuk itu harus ada mekanisme agar pengeluaran kas tidak hanya mensugesti kas namun juga bagian neraca yang lain yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian juga halnya dengan penerimaan bantuan yang masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran namun juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini disebut dengan jurnal korolari.
Dengan mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset tetap mirip pembelian gedung tadi dicatat sebagai pengeluaran belanja modal namun tidak berhenti disitu. Agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat jurnal pendamping yang disebut jurnal korolari. Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam golongan Ekuitas.
Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp100 miliar untuk pembelian gedung maka agar mampu masuk dalam Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran mesti dibuat jurnal selaku berikut:
Tgl. Uraian D K
Belanja Modal Rp 100 M
Kas Rp 100 M
Tgl. Uraian D K
Belanja Modal Rp 100 M
Kas Rp 100 M
Jurnal ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berbentukgedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan jurnal korolari,
Tgl. Uraian D K
Gedung dan Bangunan Rp 100 M
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 100 M
Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berbentukgedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan jurnal korolari,
Tgl. Uraian D K
Gedung dan Bangunan Rp 100 M
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 100 M
Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Akan tetapi bukan hanya itu, akun Gedung dan bangunan dalam kalangan aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap dalam kalangan Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang serupa.
Dari uraian di atas terlihat bahwa jurnal korolari dipakai biar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran mampu dicatat pada waktu yang sama. Pertanyaannya yakni, apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat memungkinkan dapat dihidangkan bagian neraca selain kas? Jawabnya, ada. Akun-akun yang dimaksud mampu saja dicatat pada selesai tahun dengan memakai jurnal adaptasi. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait dibuka pada ketika penyusunan neraca lajur. Akan tetapi mampu dibayangkan begitu rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dikerjakan penyesuaian pada final tahun dengan prosedur ini.
Pertanyaan lain yang tersisa apakah jurnal korolari wajib dipraktekkan? Pertanyaan ini mengantar kita tiba pada bab final goresan pena ini. Sesuatu hal yang wajib berkaitan dengan aturan yang mengharuskan. Sepanjang wawasan penulis, tidak ada hukum yang mewajibkan penggunaan jurnal korolari ini. Akan namun jurnal korolari ini dipakai untuk mampu menerapkan basis yang dianut dalam SAP untuk menyingkir dari kesusahan dalam penyusunan laporan keuangan simpulan tahun. Akan tetapi pertanyaan inipun memancing pertanyaan berikutnya, apakah jurnal korolari perlu jikalau basis yang dianut nanti yaitu basis akrual? Pertanyaan dan pemikiran memang tidak semestinya berhenti.
Written by Jamason Sinaga, Ak.,MAP., Anggota Kelompok Kerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), Koordinator Bidang Kajian Standar IAI-Kompartemen Akuntan Sektor Publik, Bekerja di BPKP.
Post a Comment for "Jurnal Korolari Dalam Penerapan Persyaratan Akuntansi Pemerintahan"